Jika ditanya darimana kebencian
itu berasal. Bukankah jawabannya mudah saja? Darimu. Kebencian adalah apimu.
Yang membakar dirimu dan orang di sekitarmu. Bahkan orang-orang yang kau sayangi.
Api ini membakar semuanya menjadi abu. Dan bahan bakar utamanya adalah rasa
egoistismu yang hanya melihat pada perbedaan dan bukan pada persamaan yang ada
di antara semua dan Semesta.
Semakin besar tingkat keterpisahanmu dengan Semesta (bisa
diterjemahkan juga dengan Tuhan), semakin dalam dan luas kebencian itu.
Penyebabnya adalah sebuah konsepsi yang salah tentang dirimu. Dirimu, bukanlah
sebuah entitas mandiri yang mempunyai relatif keberjarakan dengan sesama.
Tidak. Dirimu adalah diriku, dirinya dan juga semesta. Ada sebuah benang
laba-laba tak kasat mata yang menghubungkan kita semua. Benang itulah yang
kerap dinamakan Cinta. Karenanya, jika kau sakit, bukankah dia juga
merasakannya? Bukankah ia juga – sama seperti dirimu – sedang berjuang untuk melepaskan
diri dari rasa sakit yang sama?
Kebencian,
kesedihan, kegembiraan, semangat, cinta dan airmata semua berasal darimu.
Engkau yang memberi makna bagi berbagai hal yang terjadi di dalam dirimu. Dalam
hatimu, Semesta bercermin. Dan apa yang akan dilihat-Nya? Sebuah semesta lain
dimana Cinta mendapat penolakan. Sebuah semesta dimana Cinta tidak mendapat
ruang dan waktu yang sewajarnya. Semua tampak begitu suram, gelap dan
mengerikan.
Di lain sisi, kebencian juga
berasal dari perasaan adanya kekurangan. Perasaan bahwa orang lain tidak
menganggap dan tidak memberikan berbagai keistimewaan yang seharusnya kau
terima. Kecewa terhadap hal ini, kau membenci. Sama seperti kebencian Kabil terhadap
Habil karena merasa Adam AS sebaiknya lebih mengistimewakannya .
Egoisme, kebencian dan rasa penting diri hanya bisa dihadapi dengan ego yang sehat dan kerendahan hati. Tutuplah masa lalu yang kelam. Nikmatilah hari ini. Karena engkau berhak untuk berbahagia. Dan karena hanya hari inilah yang kita punya, genggam erat hari ini dan tersenyumlah.
0 comments:
Post a Comment